Pandemi Virus Corona dan Duka Dunia di Trimester Pertama 2020
Ini adalah masa-masa paling pilu dalam 35 tahun perjalanan hidup saya. Diawali dengan sakit yang mengharuskan saya bedrest selama satu bulan, 2020 kemudian menyodorkan banyak kepahitan yang mengikuti di belakangnya. Saya pun harus rela gagal tes lanjutan untuk bisa bekerja di salah satu media nasional, karena benar-benar dalam kondisi kesehatan yang sangat buruk saat itu.
Tak hanya dalam kehidupan pribadi, secara umum dan lebih luas, lingkungan saya, lingkungan kamu, lingkungan kita semua memang sedang tidak baik-baik saja. Lingkungan itu bernama dunia. Dunia yang juga harus menanggung pilu atas kematian orang-orang hebat yang pernah hidup di atasnya. Dunia yang diguncang banyak problema.
Berpulangnya Kobe Bryant membawa serta putrinya akibat kecelakaan pesawat, membuat dunia dibanjiri air mata. Belum reda pilu itu, kebakaran hutan yang besar terjadi di Australia. Meletusnya gunung di Filipin juga tak bisa kita acuhkan begitu saja. Indonesia sendiri kehilangan sosok Ashraf Sinclair, suami Bunga Citra Lestari, yang sedang semangat-semangatnya terjun ke dunia startup.
Saya sendiri kehilangan seseorang yang sudah saya anggap kakak, jauh di tanah Borneo sana. Di Bontang tepatnya, Mas Andri Kepalanegara tutup usia karena pecahnya pembuluh darah ke otak. Sedihnya berlipat, karena saya tak bisa ada di sana untuk memberikan salam terakhir. Saya bahkan hampir 10 tahun tidak pernah jumpa dengannya. Janji-janji menengok, tapi tak kunjung terwujud, bahkan sampai dia punya bayi lagi.
Yang paling menguras hati, pikiran, serta perasaan, tentu saja wabah penyakit Covid-19 yang mulai ramai dibicarakan di Indonesia pada awal Maret lalu, yang disebabkan oleh virus Corona. Dunia seperti dihancurkan perlahan oleh pandemi ini. Lebih dari 80 ribu orang meninggal hingga hari Rabu (8/4) ini, suasana kota jadi kacau, perekonomian terjun bebas. Semua orang panik, hidup dalam ketakutan dan kebingungan. Informasi simpang siur pun memperburuk keadaan.
Dalam upaya mencegah penyebarannya, WHO punya beberapa anjuran yang sangat mudah untuk diterapkan. Hanya sesederhana mencuci tangan pakai sabun, dengan langkah-langkah seperti yang dicontohkan, yang sudah banyak beredar gambar atau videonya. Selain itu, kita juga diminta untuk physical distancing, berhenti nongkrong dulu, dan wajib pakai masker jika memang terpaksa harus berada di luar rumah.
Salah satu anjuran yang mungkin berat adalah pemberlakuan #stayhome atau #dirumahaja yang membuat para pekerja yang beruntung harus work from home atau bekerja dari rumah. Kenapa beruntung? Ya karena mereka masih punya pekerjaan. Seperti yang kita tahu, imbas dari pandemi ini juga mengakibatkan banyak pekerja dirumahkan, bukan untuk bekerja dari rumah, tapi untuk jadi pengangguran. Rasanya sedih sekali membayangkan berapa banyak orang dipecat tahun ini.
Para pelaku bisnis kelas menengah ke bawah pun tak sedikit yang menyerah dan menutup usaha mereka. Yang tetap gigih bertahan ya akan tetap dapat penghasilan dengan jumlah yang tentu saja merosot drastis. Selain itu, ada pula mereka yang terpaksa masih harus pergi bekerja meski itu berbahaya, tak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga orang di sekitarnya. Penyebaran virus Corona yang katanya terjadi lewat droplet, tak akan pernah kita tahu ada di mana dan masuk lewat mana dia.
Sebagai garda depan yang berhadapan pertama kali dengan virus ini, sebaiknya kita memang mengikuti anjuran untuk lebih sering cuci tangan pakai sabun dan memakai masker jika memang harus keluar rumah. Kita yang harus berperang melawan agar Si Corona tidak berhasil menembus benteng pertahanan. Kita pula yang bisa meringankan beban kerja para dokter, dengan cara apapun agar jangan sampai terinfeksi.
Pemerintah Indonesia dan bahkan di seluruh dunia sudah memberi anjuran yang sangat mudah dilakukan. Namun jika kita tak bisa mematuhinya, maka tak akan pernah cepat berakhir pandemi ini. Kita adalah pion yang jangan sampai salah langkah agar bisa melindungi para dokter dari serangan membeludaknya jumlah pasien. Ayolah, kita patuhi anjuran dari pemerintah dan juga WHO. Mari kita catat dalam poin saja, agar lebih mudah dipahami:
Yang belum menerapkan poin-poin di atas, ayo kita mulai dari sekarang!
Well, tulisan panjang hari ini harus saya tutup pula dengan kabar duka, bahwa Glenn Fredly meninggal dunia. Penyanyi lagu-lagu romantis ini tutup usia karena meningitis, meninggalkan istrinya yang baru 40 hari melahirkan bayinya, dan baru juga berulang tahun beberapa hari lalu. Indonesia pun kembali bersedih. Namun kita harus segera mengusap air mata, dan kembali ingat bahwa kita sedang berada dalam perang. Kita pion, kita garda depan!
Tak hanya dalam kehidupan pribadi, secara umum dan lebih luas, lingkungan saya, lingkungan kamu, lingkungan kita semua memang sedang tidak baik-baik saja. Lingkungan itu bernama dunia. Dunia yang juga harus menanggung pilu atas kematian orang-orang hebat yang pernah hidup di atasnya. Dunia yang diguncang banyak problema.
Duka Dunia atas Meninggalnya Kobe Bryant dan Musibah Lainnya
Berpulangnya Kobe Bryant membawa serta putrinya akibat kecelakaan pesawat, membuat dunia dibanjiri air mata. Belum reda pilu itu, kebakaran hutan yang besar terjadi di Australia. Meletusnya gunung di Filipin juga tak bisa kita acuhkan begitu saja. Indonesia sendiri kehilangan sosok Ashraf Sinclair, suami Bunga Citra Lestari, yang sedang semangat-semangatnya terjun ke dunia startup.
Duka Saya Kehilangan Sahabat, Kakak dari Tempat Jauh
Saya sendiri kehilangan seseorang yang sudah saya anggap kakak, jauh di tanah Borneo sana. Di Bontang tepatnya, Mas Andri Kepalanegara tutup usia karena pecahnya pembuluh darah ke otak. Sedihnya berlipat, karena saya tak bisa ada di sana untuk memberikan salam terakhir. Saya bahkan hampir 10 tahun tidak pernah jumpa dengannya. Janji-janji menengok, tapi tak kunjung terwujud, bahkan sampai dia punya bayi lagi.
Virus Corona dan Kekuatannya Menghancurkan Dunia
Yang paling menguras hati, pikiran, serta perasaan, tentu saja wabah penyakit Covid-19 yang mulai ramai dibicarakan di Indonesia pada awal Maret lalu, yang disebabkan oleh virus Corona. Dunia seperti dihancurkan perlahan oleh pandemi ini. Lebih dari 80 ribu orang meninggal hingga hari Rabu (8/4) ini, suasana kota jadi kacau, perekonomian terjun bebas. Semua orang panik, hidup dalam ketakutan dan kebingungan. Informasi simpang siur pun memperburuk keadaan.
Dalam upaya mencegah penyebarannya, WHO punya beberapa anjuran yang sangat mudah untuk diterapkan. Hanya sesederhana mencuci tangan pakai sabun, dengan langkah-langkah seperti yang dicontohkan, yang sudah banyak beredar gambar atau videonya. Selain itu, kita juga diminta untuk physical distancing, berhenti nongkrong dulu, dan wajib pakai masker jika memang terpaksa harus berada di luar rumah.
Terpuruknya Manusia di Dunia karena Corona
Salah satu anjuran yang mungkin berat adalah pemberlakuan #stayhome atau #dirumahaja yang membuat para pekerja yang beruntung harus work from home atau bekerja dari rumah. Kenapa beruntung? Ya karena mereka masih punya pekerjaan. Seperti yang kita tahu, imbas dari pandemi ini juga mengakibatkan banyak pekerja dirumahkan, bukan untuk bekerja dari rumah, tapi untuk jadi pengangguran. Rasanya sedih sekali membayangkan berapa banyak orang dipecat tahun ini.
Para pelaku bisnis kelas menengah ke bawah pun tak sedikit yang menyerah dan menutup usaha mereka. Yang tetap gigih bertahan ya akan tetap dapat penghasilan dengan jumlah yang tentu saja merosot drastis. Selain itu, ada pula mereka yang terpaksa masih harus pergi bekerja meski itu berbahaya, tak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga orang di sekitarnya. Penyebaran virus Corona yang katanya terjadi lewat droplet, tak akan pernah kita tahu ada di mana dan masuk lewat mana dia.
Saya dan Kamu adalah Pion Lawan Corona
Sebagai garda depan yang berhadapan pertama kali dengan virus ini, sebaiknya kita memang mengikuti anjuran untuk lebih sering cuci tangan pakai sabun dan memakai masker jika memang harus keluar rumah. Kita yang harus berperang melawan agar Si Corona tidak berhasil menembus benteng pertahanan. Kita pula yang bisa meringankan beban kerja para dokter, dengan cara apapun agar jangan sampai terinfeksi.
Pemerintah Indonesia dan bahkan di seluruh dunia sudah memberi anjuran yang sangat mudah dilakukan. Namun jika kita tak bisa mematuhinya, maka tak akan pernah cepat berakhir pandemi ini. Kita adalah pion yang jangan sampai salah langkah agar bisa melindungi para dokter dari serangan membeludaknya jumlah pasien. Ayolah, kita patuhi anjuran dari pemerintah dan juga WHO. Mari kita catat dalam poin saja, agar lebih mudah dipahami:
- Cuci tangan pakai sabun! Dengan langkah-langkah yang benar, sesering mungkin.
- Stay at home! Tetap di rumah jika tak ada keperluan mendesak untuk keluar.
- Physical distancing! Beri jarak minimal satu meter dengan lawan bicara jika memang harus bertemu orang secara langsung.
- Pakai masker (kain)! Untuk melindungi orang lain dari virus atau bakteri apapun yang ada dalam mulut kita, dan melindungi kita pula dari masuknya virus atau bakter dari udara.
- Konsumsi makanan sehat! Dianjurkan makan sayur dan buah-buahan yang bagus untuk meningkatkan imun tubuh.
Yang belum menerapkan poin-poin di atas, ayo kita mulai dari sekarang!
Well, tulisan panjang hari ini harus saya tutup pula dengan kabar duka, bahwa Glenn Fredly meninggal dunia. Penyanyi lagu-lagu romantis ini tutup usia karena meningitis, meninggalkan istrinya yang baru 40 hari melahirkan bayinya, dan baru juga berulang tahun beberapa hari lalu. Indonesia pun kembali bersedih. Namun kita harus segera mengusap air mata, dan kembali ingat bahwa kita sedang berada dalam perang. Kita pion, kita garda depan!
No comments: